14/03/16

Bahaya Sampah Plastik dan Styrofoam dan Cara Penanggulangannya

1.     SAMPAH PLASTIK
Plastik merupakan salah satu bahan yang paling banyak digunakan saat ini karena plastik memiliki banyak sifat-sifat yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Diantara pemanfaatan plastik adalah untuk memproduksi wadah makanan dan minuman, peralatan dapur dan rumah tangga, komponen listrik, serta mainan anak- anak.
Di balik kelebihan-kelebihan yang dimiliki plastik, penggunaan plastik yang sembarangan ternyata dapat memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan dan juga kesehatan manusia. Plastik umumnya sulit untuk didegradasikan (diuraikan) oleh mikro organisme sehingga dapat menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. Sampah plastik juga dapat melepaskan senyawa karsinogenik (penyebab dan pemicu kanker) pada kondisi tertentu.
A.    Dampak Penggunaan Plastik bagi kesehatan
Plastik berbahaya bagi kesehatan karena mengandung zat-zat sebagai berikut:
a)      PCB (Poly Chloro Bifenyl). Senyawa ini biasaya digunakan untuk membuat plastik tahan panas. Dampak PCB bagi kesehatan:
·        Di jepang keracunan PCB menimbulkan penyakit yusho. Tanda dan gejala keracunan berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, tangan dan kaki lemas.
·     Pada ibu hamil bisa menyebabkan kematian bayi dalam kandungan, serta bayi lahir cacat.
·        Pengaruh keracunan dalam jangka waktu lama atau menahun pada manusia oleh PCB antara lain kematian jaringan hati serta kanker hati.
b)     DOP (Dioctyl Phthalate). DOP terkandung dalam styrofoam. DOP merupakan senyawa yang menyimpan zat benzena, yakni suatu larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem pencernaan. Benzena ini juga tidak bisa dikeluarkan melalui kotoran atau air kencing. Dampak benzene bagi kesehatan:
·       Menimbulkan masalah pada kelenjar tiroid.
·       Mengganggu sistem saraf sehingga menyebabkan kelelahan.
·       Mempercepat detak jantung, sulit tidur badan menjadi gemetaran, dan menjadi mudah gelisah.
·         Menyebabkan anemia.
·         Menurunkan sistem imun sehingga mudah terinfeksi virus.
·  Pada wanita, zat ini berakibat buruk pada siklus menstruasi dan mengancam kehamilan.
·   Yang paling berbahaya, zat ini bisa mengakibatkan kanker payudara dan kanker prostat.
c)  BPA (Bisphenol-A). BPA biasa digunakan untuk mengeraskan plastik. Dampak Bisphenol-A bagi kesehatan:
·       Berpotensi merusak sistem hormon ( karena BPA mirip dengan horomon esterogen).
·       Meningkatkan kemungkinan terserang penyakit jantung.
·       Penyebab penyakit diabetes dan beberapa bentuk penyakit hati.
·    Senyawa penganggu endokrin. Endokrin adalah sistem di dalam tubuh yang terdiri dari beberapa organ atau kelenjar – kelenjar yang memiliki fungsi menghasilkan serta melepaskan hormon-hormon tertentu ke aliran darah.
·     Bisa memberikan efek merugikan terhadap perkembangan prostat, otak dan perubahan perilaku pada janin, bayi dan anak-anak.
·    Ibu hamil dengan tingkat bisphenol A tinggi dalam tubuh memiliki risiko dua kali lebih besar memiliki bayi menderita masalah pernapasan dalam enam bulan pertama. Bayi mereka berisiko mengalami kerusakan paru-paru, asma, bronkhitis, dan alergi.
·       Menyebabkan kanker payudara.
·       Menyebabkan obesitas.
·       Menimbulkan masalah pada kesuburan.
d)   DEHA ( diethylhexyl adipate). DEHA adalah salah satu bahan untuk melembutkan plastik. Plastik PVC yang menggunakan bahan pelembut DEHA dapat mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan bahan pelembut ini ke dalam makanan. DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon estrogen (hormon kewanitaan pada manusia). Dampak DEHA bagi kesehatan:
·    Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan sistem peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker hati (Awang MR, 1999).
·   Plastik yang dibakar akan mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup dapat menyebabkan sperma menjadi tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan. Pembakaran PVC akan mengeluarkan DEHA yang dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen manusia.
·      Dapat mengakibatkan kerusakan kromosom dan menyebabkan bayi-bayi lahir dalam kondisi cacat.
e)      Ftalat. Ftalat adalah salah satu zat warna plastik dalam industri makanan.Dampak Ftalat bagi kesehatan:
·   Zat pewarna hitam pada kantong plastik hitam (kresek) kalau terkena panas bisa terurai, terdegradasi menjadi bentuk radikal yang sangat reaktif dan tidak stabil sehingga dapat berbahaya bagi kesehatan terutama dapat menyebabkan sel tubuh berkembang tidak terkontrol seperti pada penyakit kanker.
·        Banyak menyebabkan infeksi hati
B.     Pencemaran Lingkungan Oleh Plastik
Sebagaimana yang diketahui, plastik yang mulai digunakan sekitar 50 tahun silam, kini telah menjadi barang yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Diperkirakan ada 500 juta sampai 1 milyar kantong plastik digunakan penduduk dunia dalam satu tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta kantong plastik per menit. Untuk membuatnya, diperlukan 12 juta barel minyak per tahun, dan 14 juta pohon ditebang.
Konsumsi berlebih terhadap plastik, pun mengakibatkan jumlah sampah plastik yang besar. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Sampah kantong plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara.
Fakta tentang bahan pembuat plastik, (umumnyapolimer polivinil) terbuat dari polychlorinated biphenyl(PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT. Serta kantong plastik yang sulit untuk diuraikan oleh tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 500 tahun  akan memberikan akibat antara lain:
·           Tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk bawah tanah.
·         Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.
·         PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan.
·           Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah.
·          Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah.
·       Kantong plastik yang sukar diurai, mempunyai umur panjang, dan ringan akan mudah diterbangkan angin hingga ke laut sekalipun.
·          Hewan-hewan dapat terjerat dalam tumpukan plastik.
·   Hewan-hewan laut seperti lumba-lumba, penyu laut, dan anjing laut menganggap kantong-kantong plastik tersebut makanan dan akhirnya mati karena tidak dapat mencernanya.
·      Ketika hewan mati, kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tetap tidak akan hancur menjadi bangkai dan dapat meracuni hewan lainnya.
·   Pembuangan sampah plastik sembarangan di sungai-sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai yang menyebabkan banjir.
C.    Penanganan Limbah Plastik
Sekitar 20 % volume sampah perkotaan berupa limbah plastik. Pada umumnya, sampah tersebut dibuang ke tempat pembuangan sampah. Oleh karena limbah plastik itu tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, akibatnya kita terus menerus memerlukan areal untuk pembuangan sampah. Meskipun tidak beracun, limbah plastik dapat menyebabkan pencemaran tanah, selain merusak pemandangan. Beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengatasi limbah plastik adalah dengan mendaur ulang (recycle), dengan incinerasi, dan dengan membuat plastik yang dapat mengalami biodegradasi.
a)     Daur Ulang (Recycle)
Penanganan limbah plastik yang paling ideal adalah dengan mendaur ulang. Akan tetapi, hal itu tampaknya tidak mudah dijalankan. Proses daur ulang melalui tahap- tahap pengumpulan (sortir), pelelehan, dan pembentukan ulang. Tahapan paling sulit adalah pengumpulan dan pemisahan. Kedua tahapan ini akan lebih mudah dilakukan jika masyarakat dengan disiplin tinggi ikut berpartisipasi, yaitu ketika membuang sampah plastik. Dewasa ini plastik yang cukup banyak di daur ulang adalah jenis HDPE dan botol- botol plastik.
b)     Incinerasi (Incineration)
Cara lain untuk mengatasi limbah plastik adalah dengan membakarnya pada suhu tinggi (incinerasi). Limbah plastik mempunyai nilai kalor yang tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai sumber tenaga untuk pembangkit listrik. Beberapa pembangkit listrik membakar batu bara yang dicampur beberapa persen ban dan plastik bekas. Akan tetapi pembakaran sebenarnya menimbulkan masalah baru, yaitu pencemaran udara. Pembakaran plastik seperti PVC menghasilkan gas HCl yang bersifat korosif. Pembakaran ban bekas menghasilkan asap hitam yang sangat pekat dan gas- gas yang bersifat korosif. Gas- gas korosif ini membuat incinerator cepat terkorosi. Polusi yang paling serius adalah dibebaskannya gas Dioksin yang sangat beracun pada pembakaran senyawa yang mengandung klorin seperti PVC. Untuk itu, pembakaran harus dilakukan dengan pengontrolan yang baik untuk mengurangi polusi udara.
c)     Plastik Yang Mudah Diuraikan Mikroorganisme(Biodegradable Plastics)
Sekitar setengah dari penggunaan plastik adalah untuk kemasan. Oleh karena itu, sangat baik jika dapat dibuat plastik yang bio- atau fotodegradable. Hal ini telah diupayakan dan telah mulai dipasarkan.
Kebanyakan plastik biodegradable berbahan dasar Amilum (Zat Tepung). Sayangnya, plastik jenis ini lebih mahal dan kelihatannya masyarakat enggan untuk membayar lebih plastik Biodegradable.

2.     SAMPAH STYROFOAM
Styrofoam atau disebut juga Polistirena foam dihasilkan dari campuran 90-95% polistirena dan 5-10% gas seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent yang digunakan adalah CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon maka saat ini tidak digunakan lagi, kini digunakan blowing agent yang lebih ramah lingkungan. Polistirena dibuat dari monomer stirena melalui proses polimerisasi. Polistirena foam dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin dan menguapkan sisa blowing agent. Polistirena bersifat kaku, transparan, rapuh, inert secara kimiawi, dan merupakan insulator yang baik. Sedangkan polistirena foam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi udara yang tidak dapat menghantar panas sehingga hal ini membuatnya menjadi insulator panas yang sangat baik. Pada umumnya, semakin rendah kerapatan foam, akan semakin tinggi kapasitas insulasinya. 4, 5, Simbol untuk kode identifikasi resin polistirena yang dikembangkan oleh American Society of the Plastics Industry (SPI) adalah  (logo panah memutar), simbol ini menyatakan jenis plastiknya (polistirena, PS) dan mempermudah proses daur ulang.  Saat ini  bahan yang sangat banyak  digunakan dalam kehidupan sebagai bahan pengemas makanan dan minuman adalah styrofoam atau plastik busa yang merupakan salah satu jenis plastik dari sekian banyak bahan lainnya. Styrofoam lazim digunakan sebagai bahan pelindung dan penahan getaran barang-barang yang fragile, seperti elektronik. 
Bahan dasar styrofoam adalah polistiren, polistiren dibuat dari stirena ( C6H5-CH=CH2), suatu jenis plastik yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya, dan murah. Namun, bahan tersebut cepat rapuh, karena kelemahannya tersebut, polistiren dicampur seng dan senyawa butadien. Hal ini menyebabkan polistiren kehilangan sifat jernihnya dan berubah warna menjadi putih susu. Kemudian untuk kelenturannya, ditambahkan zat plasticier seperti dioktilptalat (DOP), butil hidroksi toluena atau n-butyl stearat Plastik busa yang mudah terurai menjadi struktur sel-sel kecil merupakan hasil proses peniupan dengan menggunakan gas chlorofluorocarbon (CFC). Hasilnya adalah bentuk seperti yang kita pergunakan saat ini.
Polistirena pertama kali diperkenalkan oleh Ostromislensky dari Naugatuck Chemical Company pada tahun 1925. Pada saat yang hampir bersamaan I.C. Farbenindustrie juga mengembangkan polistirena yang berhasil dikomersialkan di Eropa. Pengembangan produk dan proses polistirena juga dikembangkan oleh Dow Chemical Company dan pertama kali dikomersialkan di Amerika Serikat pada tahun 1944.
Produk polistirena yang pertama kali diproduksi untuk dikomersialkan adalah homopolimer stirena yang juga dikenal sebagai polistirena kristal. Polistirena kristal ini juga dikenal sebagai General Purpose Polystyrene (GPP), yang lebih tahan panas daripada produk polimer thermoplastik lainnya. Perkembangan lebih lanjut dari polistirena ini adalah Expanable Polystyrene (EP). Produk polistirena lain yang tak kalah pentingnya adalah polistirena dengan modifikasi karet atau High Impact Polystyrene (HIP). Produk HIP ini bersifat tidak tembus cahaya, lebih keras dan lebih mudah dalam pembuatannya dibandingkan dengan produk polimer thermoplastic lainnya.
A.    Dampak Penggunaan Styrofoam Bagi Kesehatan
Styrofoam jadi berbahaya karena terbuat dari butiran-butiran styrene, yang diprosese dengan menggunakan benzana (alias benzene). Padahal benzana termasuk zat yang bisa menimbulkan banyak penyakit.
Benzana bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, mengganggu sistem syaraf sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur, badan menjadi gemetaran, dan menjadi mudah gelisah. Dibeberapa kasus, benzana bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. Saat benzana termakan, dia akan masuk ke sel-sel darah dan lama-kelamaan akan merusak sumsum tulang belakang. Akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan timbullah penyakit anemia. Efek lainnya, sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi. Pada wanita, zat ini berakibat buruk terhadap siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. Dan yang paling berbahaya, zat ini bisa menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat.
Beberapa lembaga dunia seperti World Health Organization’ s International Agency for Research on Cancer dan EPA (Enviromental Protection Agency) styrofoam telah dikategorikan sebagai bahan karsinogen(bahan yang dapat menyebabkan kanker)
Saat makanan atau minuman ada dalam wadah styrofoam, bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan. Perpindahannya akan semakin cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi. Selain itu, makanan yang mengandung alkohol atau asam (seperti lemon tea) juga dapat mempercepat laju perpindahan.
Penelitian juga membuktikan, bahwa semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan.
Padahal di restoran-restoran siap saji dan di tukang-tukang makanan di pinggir jalan, styrofoam digunakan untuk membungkus makanan yang baru masak.. Malahan ada gerai makanan cepat saji yang memanaskan lagi makanan yang telah terbungkus styrofoam di dalam microwave. Terbayang’kan, betapa banyaknya zat kimia yang pindah ke makanan kita dan akhirnya masuk ke dalam tubuh kita.
B.     Dampak Penggunaan Styrofoam Bagi Lingkungan
Selain berefek negatif bagi kesehatan, styrofoam juga tak ramah lingkungan. Karena tidak bisa diuraikan oleh alam, styrofoam akan menumpuk begitu saja dan mencemari lingkungan. Styrofoam yang terbawa ke laut, akan dapat merusak ekosistem dan biota laut. Beberapa perusahaan memang mendaur ulang styrofoam. Namun sebenarnya, yang dilakukan hanya menghancurkan styrofoam lama, membentuknya menjadi styrofoam baru dan menggunakannya kembali menjadi wadah makanan dan minuman.
Data EPA (Enviromental Protection Agency) di tahun 1986 menyebutkan, limbah berbahaya yang dihasilkan dari proses pembuatan styrofoam sangat banyak. Hal itu menyebabkan EPA mengategorikan proses pembuatan styrofoam sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia. Selain itu, proses pembuatan styrofoam menimbulkan bau yang tak sedap yang mengganggu pernapasan dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara.
Melihat sedemikian besar dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan, beberapa kota di Amerika seperti Berkeley dan Ohio telah melarang penggunaan styrofoam sebagai kemasan makanan. 
C.    Penanggulangan Sampah Styrofoam
a) Selama ini metode yang digunakan untuk mengurangi sampah Styrofoam adalah pembakaran lewat incinerator. Padahal pembakaran Styrofoam dapat menghasilkan gas karbon dioksida dan bahkan gas karbon monoksida yang sangat berbahaya bagi sistem pernapasan manusia. 
b) Metode kedua yaitu dengan daur ulang tetapi sulit dilakukan karena Styrofoam bukan barang yang bisa didaur ulang, seperti gelas, kertas, atau metal, yang dapat didaur ulang menjadi material mentah untuk dibuat kembali menjadi barang serupa. Yang tidak kalah penting, Styrofoam tidak bio-degradable atau tidak bisa hancur oleh mikroorganisme di udara dan di dalam tanah. 
c) Cara lain untuk menghancurkan sampah Styrofoam, yaitu memakai proses kimiawi. Dalam proses yang disebut sulfonasi ini, Styrofoam yang sudah dipotong-potong dicampur dengan klorofom dan asam sulfur. Campuran ini didiamkan selama dua jam dalam suhu 45 derajat Celsius sampai berubah menjadi larutan PSSNa. Lewat proses pemisahan dan netralisasi memakai sodium hidroksida (NaOH), larutan ini akan menghasilkan serbuk polimer setelah dikeringkan. Walaupun lebih rumit, metode pengolahan Styrofoam secara kimiawi ini bukan hanya agar aman dibuang, tapi juga menghasilkan produk dengan nilai tambah yang tinggi. Serbuk polimer PSSNa yang dihasilkan bisa digunakan sebagai bahan super-plastifier dalam industri semen, sebagai bahan polimer dalam pemrosesan air bersih, dan lainnya.  

2 komentar:

  1. Mantap ade.. Masalahnya background layar putih dan warna huruf putih menyulitkan pembacaan. Sy br bisa baca ketika tulisannya ditindaklanjuti dg select all.
    Teruslah berbagi melalui tulisan. God bless.

    BalasHapus
  2. makasih but saranx ka... :D
    hehehehe,, iyaa nanti b prbaiki tampilanx ka,,, :)
    skali lagi makasih ka... :) :D

    BalasHapus