1. SAMPAH PLASTIK
Plastik merupakan salah satu bahan yang paling banyak digunakan saat ini
karena plastik memiliki banyak sifat-sifat yang menguntungkan bagi kehidupan
manusia. Diantara pemanfaatan plastik adalah untuk memproduksi wadah makanan
dan minuman, peralatan dapur dan rumah tangga, komponen listrik, serta mainan
anak- anak.
Di balik kelebihan-kelebihan yang dimiliki plastik, penggunaan plastik yang
sembarangan ternyata dapat memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan dan
juga kesehatan manusia. Plastik umumnya sulit untuk didegradasikan (diuraikan)
oleh mikro organisme sehingga dapat menimbulkan masalah pencemaran lingkungan.
Sampah plastik juga dapat melepaskan senyawa karsinogenik (penyebab dan pemicu
kanker) pada kondisi tertentu.
A. Dampak Penggunaan Plastik bagi kesehatan
Plastik berbahaya
bagi kesehatan karena mengandung zat-zat sebagai berikut:
a)
PCB (Poly Chloro Bifenyl). Senyawa ini biasaya digunakan untuk membuat
plastik tahan panas. Dampak PCB bagi kesehatan:
· Di
jepang keracunan PCB menimbulkan penyakit yusho. Tanda dan gejala keracunan
berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, tangan
dan kaki lemas.
· Pada
ibu hamil bisa menyebabkan kematian bayi dalam kandungan, serta bayi lahir
cacat.
· Pengaruh
keracunan dalam jangka waktu lama atau menahun pada manusia oleh PCB antara
lain kematian jaringan hati serta kanker hati.
b) DOP
(Dioctyl Phthalate). DOP terkandung dalam styrofoam. DOP merupakan senyawa yang
menyimpan zat benzena, yakni suatu larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem
pencernaan. Benzena ini juga tidak bisa dikeluarkan melalui kotoran atau air
kencing. Dampak benzene bagi kesehatan:
· Menimbulkan
masalah pada kelenjar tiroid.
· Mengganggu
sistem saraf sehingga menyebabkan kelelahan.
· Mempercepat
detak jantung, sulit tidur badan menjadi gemetaran, dan menjadi mudah gelisah.
·
Menyebabkan
anemia.
·
Menurunkan
sistem imun sehingga
mudah terinfeksi virus.
· Pada
wanita, zat ini berakibat buruk pada siklus menstruasi dan mengancam kehamilan.
· Yang
paling berbahaya, zat ini bisa mengakibatkan kanker payudara dan kanker
prostat.
c) BPA (Bisphenol-A). BPA biasa digunakan untuk mengeraskan plastik. Dampak
Bisphenol-A bagi kesehatan:
· Berpotensi merusak sistem hormon ( karena BPA mirip dengan horomon
esterogen).
· Meningkatkan kemungkinan terserang penyakit jantung.
· Penyebab penyakit diabetes dan beberapa bentuk penyakit hati.
· Senyawa penganggu endokrin. Endokrin adalah sistem di dalam tubuh yang
terdiri dari beberapa organ atau kelenjar – kelenjar yang memiliki fungsi
menghasilkan serta melepaskan hormon-hormon tertentu ke aliran darah.
· Bisa memberikan efek merugikan terhadap perkembangan prostat, otak dan
perubahan perilaku pada janin, bayi dan anak-anak.
· Ibu hamil dengan tingkat bisphenol A tinggi dalam tubuh memiliki risiko dua
kali lebih besar memiliki bayi menderita masalah pernapasan dalam enam bulan
pertama. Bayi mereka berisiko mengalami kerusakan paru-paru, asma, bronkhitis,
dan alergi.
· Menyebabkan kanker payudara.
· Menyebabkan obesitas.
· Menimbulkan masalah pada kesuburan.
d) DEHA ( diethylhexyl adipate). DEHA adalah salah satu bahan untuk
melembutkan plastik. Plastik PVC yang menggunakan bahan pelembut DEHA dapat
mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan bahan pelembut ini ke dalam
makanan. DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon estrogen (hormon
kewanitaan pada manusia). Dampak DEHA bagi kesehatan:
· Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan sistem peranakan
dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker hati (Awang MR,
1999).
· Plastik yang dibakar akan mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup
dapat menyebabkan sperma menjadi tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan.
Pembakaran PVC akan mengeluarkan DEHA yang dapat mengganggu keseimbangan hormon
estrogen manusia.
· Dapat mengakibatkan kerusakan kromosom dan menyebabkan bayi-bayi lahir
dalam kondisi cacat.
e)
Ftalat. Ftalat adalah salah satu zat warna plastik dalam industri
makanan.Dampak Ftalat bagi kesehatan:
· Zat pewarna hitam pada kantong plastik hitam (kresek) kalau terkena panas
bisa terurai, terdegradasi menjadi bentuk radikal yang sangat reaktif dan tidak
stabil sehingga dapat berbahaya bagi kesehatan terutama dapat menyebabkan sel
tubuh berkembang tidak terkontrol seperti pada penyakit kanker.
· Banyak menyebabkan infeksi hati
B. Pencemaran Lingkungan Oleh Plastik
Sebagaimana yang diketahui, plastik yang mulai digunakan sekitar 50 tahun
silam, kini telah menjadi barang yang tidak terpisahkan dalam kehidupan
manusia. Diperkirakan ada 500 juta sampai 1 milyar kantong plastik digunakan
penduduk dunia dalam satu tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta kantong plastik
per menit. Untuk membuatnya, diperlukan 12 juta barel minyak per tahun, dan 14
juta pohon ditebang.
Konsumsi berlebih terhadap plastik, pun mengakibatkan jumlah sampah plastik
yang besar. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat
sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan
waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan
sempurna. Sampah kantong plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan
udara.
Fakta tentang bahan pembuat plastik, (umumnyapolimer polivinil) terbuat
dari polychlorinated biphenyl(PCB) yang mempunyai struktur mirip
DDT. Serta kantong plastik yang sulit untuk diuraikan oleh tanah hingga
membutuhkan waktu antara 100 hingga 500 tahun akan memberikan akibat
antara lain:
· Tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk bawah tanah.
· Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh
hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.
· PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun tanaman
akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan.
· Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah.
· Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara
di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah.
· Kantong plastik yang sukar diurai, mempunyai umur panjang, dan ringan akan
mudah diterbangkan angin hingga ke laut sekalipun.
· Hewan-hewan dapat terjerat dalam tumpukan plastik.
· Hewan-hewan laut seperti lumba-lumba, penyu laut, dan anjing laut
menganggap kantong-kantong plastik tersebut makanan dan akhirnya mati karena
tidak dapat mencernanya.
· Ketika hewan mati, kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tetap tidak
akan hancur menjadi bangkai dan dapat meracuni hewan lainnya.
· Pembuangan sampah plastik sembarangan di sungai-sungai akan mengakibatkan
pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai yang menyebabkan banjir.
C. Penanganan Limbah Plastik
Sekitar 20 % volume sampah perkotaan berupa limbah plastik. Pada umumnya,
sampah tersebut dibuang ke tempat pembuangan sampah. Oleh karena limbah plastik
itu tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, akibatnya kita terus menerus
memerlukan areal untuk pembuangan sampah. Meskipun tidak beracun, limbah
plastik dapat menyebabkan pencemaran tanah, selain merusak pemandangan.
Beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengatasi limbah plastik adalah dengan
mendaur ulang (recycle), dengan incinerasi, dan dengan membuat plastik
yang dapat mengalami biodegradasi.
a) Daur Ulang (Recycle)
Penanganan limbah
plastik yang paling ideal adalah dengan mendaur ulang. Akan tetapi, hal itu
tampaknya tidak mudah dijalankan. Proses daur ulang melalui tahap- tahap
pengumpulan (sortir), pelelehan, dan pembentukan ulang. Tahapan paling sulit
adalah pengumpulan dan pemisahan. Kedua tahapan ini akan lebih mudah dilakukan
jika masyarakat dengan disiplin tinggi ikut berpartisipasi, yaitu ketika
membuang sampah plastik. Dewasa ini plastik yang cukup banyak di daur ulang
adalah jenis HDPE dan botol- botol plastik.
b) Incinerasi (Incineration)
Cara lain untuk
mengatasi limbah plastik adalah dengan membakarnya pada suhu tinggi
(incinerasi). Limbah plastik mempunyai nilai kalor yang tinggi, sehingga dapat
digunakan sebagai sumber tenaga untuk pembangkit listrik. Beberapa pembangkit
listrik membakar batu bara yang dicampur beberapa persen ban dan plastik bekas.
Akan tetapi pembakaran sebenarnya menimbulkan masalah baru, yaitu pencemaran
udara. Pembakaran plastik seperti PVC menghasilkan gas HCl yang bersifat korosif.
Pembakaran ban bekas menghasilkan asap hitam yang sangat pekat dan gas- gas
yang bersifat korosif. Gas- gas korosif ini membuat incinerator cepat
terkorosi. Polusi yang paling serius adalah dibebaskannya gas Dioksin yang
sangat beracun pada pembakaran senyawa yang mengandung klorin seperti PVC.
Untuk itu, pembakaran harus dilakukan dengan pengontrolan yang baik untuk
mengurangi polusi udara.
c) Plastik Yang Mudah Diuraikan Mikroorganisme(Biodegradable
Plastics)
Sekitar setengah
dari penggunaan plastik adalah untuk kemasan. Oleh karena itu, sangat baik jika
dapat dibuat plastik yang bio- atau fotodegradable.
Hal ini telah diupayakan dan telah mulai dipasarkan.
Kebanyakan plastik biodegradable berbahan
dasar Amilum (Zat Tepung). Sayangnya, plastik jenis ini lebih mahal dan
kelihatannya masyarakat enggan untuk membayar lebih plastik Biodegradable.
2. SAMPAH STYROFOAM
Styrofoam atau disebut juga
Polistirena foam dihasilkan dari campuran 90-95% polistirena dan 5-10% gas
seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent yang digunakan adalah
CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon maka saat
ini tidak digunakan lagi, kini digunakan blowing agent yang lebih ramah
lingkungan. Polistirena dibuat dari monomer stirena melalui proses
polimerisasi. Polistirena foam dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi
suspensi pada tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk
melunakkan resin dan menguapkan sisa blowing agent. Polistirena bersifat kaku,
transparan, rapuh, inert secara kimiawi, dan merupakan insulator yang baik.
Sedangkan polistirena foam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus
dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai
bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi udara yang tidak
dapat menghantar panas sehingga hal ini membuatnya menjadi insulator panas yang
sangat baik. Pada umumnya, semakin rendah kerapatan foam, akan semakin tinggi
kapasitas insulasinya. 4, 5, Simbol untuk kode identifikasi resin polistirena
yang dikembangkan oleh American Society of the Plastics Industry (SPI)
adalah (logo panah memutar), simbol ini menyatakan jenis plastiknya
(polistirena, PS) dan mempermudah proses daur ulang. Saat ini bahan
yang sangat banyak digunakan dalam kehidupan sebagai bahan pengemas
makanan dan minuman adalah styrofoam atau plastik busa yang merupakan salah
satu jenis plastik dari sekian banyak bahan lainnya. Styrofoam lazim digunakan
sebagai bahan pelindung dan penahan getaran barang-barang yang fragile, seperti
elektronik.
Bahan dasar styrofoam adalah
polistiren, polistiren dibuat dari stirena ( C6H5-CH=CH2), suatu jenis plastik
yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya, dan murah. Namun, bahan tersebut cepat
rapuh, karena kelemahannya tersebut, polistiren dicampur seng dan senyawa
butadien. Hal ini menyebabkan polistiren kehilangan sifat jernihnya dan berubah
warna menjadi putih susu. Kemudian untuk kelenturannya, ditambahkan zat
plasticier seperti dioktilptalat (DOP), butil hidroksi toluena atau n-butyl
stearat Plastik busa yang mudah terurai menjadi struktur sel-sel kecil
merupakan hasil proses peniupan dengan menggunakan gas chlorofluorocarbon
(CFC). Hasilnya adalah bentuk seperti yang kita pergunakan saat ini.
Polistirena pertama kali
diperkenalkan oleh Ostromislensky dari Naugatuck Chemical Company pada tahun
1925. Pada saat yang hampir bersamaan I.C. Farbenindustrie juga mengembangkan
polistirena yang berhasil dikomersialkan di Eropa. Pengembangan produk dan
proses polistirena juga dikembangkan oleh Dow Chemical Company dan pertama kali
dikomersialkan di Amerika Serikat pada tahun 1944.
Produk polistirena yang pertama kali diproduksi untuk
dikomersialkan adalah homopolimer stirena yang juga dikenal sebagai polistirena
kristal. Polistirena kristal ini juga dikenal sebagai General Purpose
Polystyrene (GPP), yang lebih tahan panas daripada produk polimer thermoplastik
lainnya. Perkembangan lebih lanjut dari polistirena ini adalah Expanable
Polystyrene (EP). Produk polistirena lain yang tak kalah pentingnya adalah polistirena
dengan modifikasi karet atau High Impact Polystyrene (HIP). Produk HIP ini
bersifat tidak tembus cahaya, lebih keras dan lebih mudah dalam pembuatannya
dibandingkan dengan produk polimer thermoplastic lainnya.
A. Dampak Penggunaan Styrofoam Bagi Kesehatan
Styrofoam jadi
berbahaya karena terbuat dari butiran-butiran styrene, yang diprosese dengan
menggunakan benzana (alias benzene). Padahal benzana termasuk zat yang bisa
menimbulkan banyak penyakit.
Benzana bisa
menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, mengganggu sistem syaraf sehingga
menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur, badan menjadi
gemetaran, dan menjadi mudah gelisah. Dibeberapa kasus, benzana bahkan bisa
mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. Saat benzana termakan, dia akan
masuk ke sel-sel darah dan lama-kelamaan akan merusak sumsum tulang belakang.
Akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan timbullah penyakit anemia.
Efek lainnya, sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi. Pada
wanita, zat ini berakibat buruk terhadap siklus menstruasi dan mengancam
kehamilan. Dan yang paling berbahaya, zat ini bisa menyebabkan kanker payudara
dan kanker prostat.
Beberapa lembaga dunia
seperti World Health Organization’ s International Agency for Research on
Cancer dan EPA (Enviromental Protection Agency) styrofoam telah dikategorikan
sebagai bahan karsinogen(bahan yang dapat menyebabkan kanker)
Saat makanan atau
minuman ada dalam wadah styrofoam, bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam
akan berpindah ke makanan. Perpindahannya akan semakin cepat jika kadar lemak
(fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi. Selain itu, makanan yang
mengandung alkohol atau asam (seperti lemon tea) juga dapat mempercepat laju
perpindahan.
Penelitian juga
membuktikan, bahwa semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi
bahan kimia styrofoam ke dalam makanan.
Padahal di
restoran-restoran siap saji dan di tukang-tukang makanan di pinggir jalan,
styrofoam digunakan untuk membungkus makanan yang baru masak.. Malahan ada
gerai makanan cepat saji yang memanaskan lagi makanan yang telah terbungkus
styrofoam di dalam microwave. Terbayang’kan, betapa banyaknya zat kimia yang
pindah ke makanan kita dan akhirnya masuk ke dalam tubuh kita.
B. Dampak Penggunaan Styrofoam Bagi Lingkungan
Selain berefek negatif
bagi kesehatan, styrofoam juga tak ramah lingkungan. Karena tidak bisa
diuraikan oleh alam, styrofoam akan menumpuk begitu saja dan mencemari
lingkungan. Styrofoam yang terbawa ke laut, akan dapat merusak ekosistem dan
biota laut. Beberapa perusahaan memang mendaur ulang styrofoam. Namun
sebenarnya, yang dilakukan hanya menghancurkan styrofoam lama, membentuknya
menjadi styrofoam baru dan menggunakannya kembali menjadi wadah makanan dan
minuman.
Data EPA (Enviromental
Protection Agency) di tahun 1986 menyebutkan, limbah berbahaya yang dihasilkan
dari proses pembuatan styrofoam sangat banyak. Hal itu menyebabkan EPA mengategorikan
proses pembuatan styrofoam sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di
dunia. Selain itu, proses pembuatan styrofoam menimbulkan bau yang tak sedap
yang mengganggu pernapasan dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara.
Melihat sedemikian besar dampak
negatif bagi kesehatan dan lingkungan, beberapa kota di Amerika seperti
Berkeley dan Ohio telah melarang penggunaan styrofoam sebagai kemasan makanan.
C. Penanggulangan Sampah Styrofoam
a) Selama ini metode yang
digunakan untuk mengurangi sampah Styrofoam adalah pembakaran lewat
incinerator. Padahal pembakaran Styrofoam dapat menghasilkan gas karbon
dioksida dan bahkan gas karbon monoksida yang sangat berbahaya bagi sistem
pernapasan manusia.
b) Metode kedua yaitu
dengan daur ulang tetapi sulit dilakukan karena Styrofoam bukan barang yang
bisa didaur ulang, seperti gelas, kertas, atau metal, yang dapat didaur ulang
menjadi material mentah untuk dibuat kembali menjadi barang serupa. Yang tidak
kalah penting, Styrofoam tidak bio-degradable atau tidak bisa hancur oleh
mikroorganisme di udara dan di dalam tanah.
c) Cara lain untuk menghancurkan sampah Styrofoam,
yaitu memakai proses kimiawi. Dalam proses yang disebut sulfonasi ini,
Styrofoam yang sudah dipotong-potong dicampur dengan klorofom dan asam sulfur.
Campuran ini didiamkan selama dua jam dalam suhu 45 derajat Celsius sampai
berubah menjadi larutan PSSNa. Lewat proses pemisahan dan netralisasi memakai
sodium hidroksida (NaOH), larutan ini akan menghasilkan serbuk polimer setelah
dikeringkan. Walaupun lebih rumit, metode pengolahan Styrofoam secara kimiawi
ini bukan hanya agar aman dibuang, tapi juga menghasilkan produk dengan nilai
tambah yang tinggi. Serbuk polimer PSSNa yang dihasilkan bisa digunakan sebagai
bahan super-plastifier dalam industri semen, sebagai bahan polimer dalam
pemrosesan air bersih, dan lainnya.